KAMBING lazimnya dimasak satai, gulai, atau tongseng. Namun di warung milik Wismo (80) yang berdiri sejak 1993 ini meracik kambing menjadi sup dengan kuah susu kedelai dan susu instan. Setelah dimasak kuah sup kambing menjadi agak kecoklatan dan bau kambingnya seakan luntur tak berbekas. "Sup kambing buatan kami tak amis dan berbau prengus, kuahnya juga tak terlalu kental," kata Wismo.
Wismo punya cara membuat kambing tak prengus. Pada tahap pertama kambing dimasak pada air yang mendidih. Bukan dimasak bersamaan dengan air yang belum mendidih. Menurutnya itu bisa mengurangi bau daging kambing yang menyengat. Kedua campuran kuah dari susu kedelai dan susu instan membuat rasa nikmat dari kuah yang dipadukan dengan kambing.
Lemak yang ada pada daging kambing tak ikut dimasak, karena akan membuat kuah berminyak dan ada lemaknya. Sehingga terasa kental dan tak pas di lidah, terlebih saat sup dibawa pulang. "Jika dihitung membuang lemak rugi, karena sewaktu membeli harganya daging per kilogram termasuk lemaknya," katanya.
Sup Kambing buatannya menggunakan daging dari kepala kambing, jeroan, dan kaki. Kenapa kepala kambing? Menurutnya daging terbaik dari kambing ada disana. Sup ini merupakan masakan khas Betawi. Di sana dikenal Sup Betawi. Bedanya pada kuah. Sup Betawi membuat kuah dari susu instan. Sehingga terasa kental. Sup buatan Wismo dicampur susu kedelai yang dibuatnya sendiri.
Sajian Sup Kambing nikmat dengan kuah yang agak encer dan segar. Paduan emping, daun bawang, bawang goreng, serta jeruk nipis yang diperaskan menambah kesegaran. Sup ini bisa dinikmati dengan harga Rp 16.500 per porsi dan Rp 18.000 jika ditambah daging dari kaki kambing. Jika dengan nasi ditambah Rp 2.000 perporsi.
Warung Sup Kambing ini terletak di Gang Tiga dari Jalan Ahmad Yani atau Simpang Tujuh Kudus ke selatan, lalu berbelok kiri pada gang ketiga dari utara. Pak Wismo tidak memberi nama warung tersebut, namun memasuki Gang Tiga, hanya ada satu warung Sup Kambing. Warung ini buka dari hari Senin-Minggu mulai pukul 16.00-22.00.